-Not
Twin-
Disclaimer : Tuhan
YME
Main Cast :
-
Kim Min Seok (Xiumin) of EXO-M
-
Ahn Sohee
-
Xi Luhan of EXO-M
-
Huang Zi Tao of EXO-M
-
Wu Yi Fan (Kris) of EXO-M
Author : Me~
Warining’s : Gaje,
Typo’s, Misstypo’s, cerita gak nyambung sama judul, dan keanehan-keanehan lain
didalamnya.
Genre : temukan
sendiri~
Rate : T
Don’t Like? Don’t
Read!
Happy Reading~!
~
Summary :
Xiumin dan Sohee
adalah teman sejak kecil, entah kenapa wajah mereka bisa begitu mirip. Suatu
hari, teman sekolah Sohee mengajaknya untuk kencan. Tapi karena dia mempunyai
janji dengan pemuda lain, dia meminta Xiumin untuk menggantikannya kencan
dengan teman sekolahnya itu.
^©^
“Umin ah~ aku
mohon.. gantikan aku kencan dengan pemuda yang bernama Luhan itu” ucap seorang
wanita kepada seorang pemuda yang ada dihadapannya. Baru beberapa menit yang
lalu wanita itu membuat keributan dengan meneriakan nama ‘Xiumin! Xiumin!’ dan
sekarang? Wanita itu kelihatanya sedang memohon kepada teman sejak kecilnya
itu.
“Apa kau ini gila?
Aku ini laki-laki, mana mungkin aku kencan dengan laki-laki” Xiumin, pria yang
diminta bantuan itu menolak permintaannya.
“Umin ah~ aku
mohon~ tidakkah kau mau berbaik hati menolong temanmu yang cantik dan baik hati
ini?” lagi-lagi wanita itu memohon. Tapi sekarang dengan sedikit pujiaan untuk
dirinya sendiri.
Xiumin kelihatan
tengah berfikir, ya.. dia tahu, teman sejak kecilnya itu memang cantik dan baik
hati. Tapi, haruskah dia menerima permintaan konyol temanya itu?
“Umin~ kenapa diam
seperti itu? Apa jawabanmu, mau atau tidak? Mau kan? Mau kan? Mau kan?”
sekarang nada yang dilontarkan wanita
itu sedikit memaksa.
“Tidak!” ucap
Xiumin tegas.
“Oh.. Ayolah~ lagi
pula wajah kita ini mirip kan? ” wanita itu belum menyerah juga, dia masih
memohon “Xiumin, aku mohon. Ya? Ya? Ya?” kali ini wanita itu memasang muka
sedih yang dibuat-buat.
“Huft~ baiklah
Sohee, kau menang. Aku akan menggantikanmu kencan dengan pemuda yang bernama
Luhan itu!” hati Xiumin benar-benar luluh sekarang, sepertinya Sohee tahu jika
Xiumin tidak tega melihat seseorang yang akan menangis. Yaa.. itu kelemahannya,
dan Sohee tahu itu. Cara yang benar-benar licik.
“Yes! Terima kasih
Xiumin, kau benar-benar baik” ucap Sohee -nama wanita yang memohon tadi- dengan
sangat riangnya, dia sudah bersiap-siap untuk memeluk teman kecilnya itu. Tapi
buru-buru Xiumin berdiri dari posisi duduknya, dia menghindar. Karena
pergerakan Xiumin yang tiba-tiba Sohee terjatuh. Tapi untunglah ada kursi yang
baru saja diduduki Xiumin, sehingga ia malah jatuh terduduk disitu. Sohee
megerjapkan matanya, sejak kapan Xiumin menolak untuk ia peluk? Sejak kapan
temannya itu menolak pelukkannya?
Puk!
Tepukan pada kedua
pundaknya menyadarkan ia dari lamunannya. Sekarang wajah Xumin berada dekat dengannya,
sudah lama sekali ia tidak melihat wajah temannya itu dari dekat. Dia baru
menyadarinya, sekarang pipi chubby Xiumin sudah tidak ada, wajahnya kelihatan
tirus sekarang. ‘Apakah Xiumin cukup makan? Kenapa wajahnya jadi tirus seperti
tu? Apa aku kurang memperhatikannya, sehingga sekarang dia jadi berubah seperti
ini?’ semua pertanyaan itu Sohee lontarkan dalam hati.
“Dengar Sohee.. aku
sudah mengabulkan permohannanmu, sekarang bisakah kau pulang? Ini sudah hampir
jam 11 malam. Dan kau berada didalam kamar seorang pemuda sekarang, bisakah kau
pulang?” Xiumin melontarkan pertanyaan.
Sohee masih bergelut
dengan fikirannya sendiri ‘Bahkan sekarang suaranya sedikit berat’ ia bergumam,
ternyata banyak sekali perubahan dari temannya itu.
Xiumin mengibas-ngibaskan
tangannya tepat diwajah Sohee, apakah ia salah lihat. Sohee belum mengedipkan
matanya beberapa menit ini. “Haloo~ Sohee... apakah kau mendengarkan ku?” ucap
Xiumin dengan tangan yang masih dikibas-kibaskan.
“Ah! Ya, ada apa?”
Sohee baru saja tersadar dari lamunannya lagi. “Aku bilang kau harus pulang,
ini sudah hampir jam 11 malam.” Xiumin mengulang pernyataannya.
“Ya.. kau benar,
aku harus pulang. Bye~” nada ucapannya sedikit gugup. Degan cepat ia langkahkan
kakinya keluar dari kamar Xiumin. Dan sang pemilik kamar hanya bisa bingung
melihat perubahan emosional temannya yang sangat cepat itu.
^©^
Keesokan harinya~
“Wah.. kau
benar-benar mirip denganku..” ucap Sohee yang baru saja selesai mendandani
Xiumin, “Kau kelihatan sangat cantik” tambahnya.
“Hah? Kenapa aku
harus melakukan ini?” gumam Xiumin dengan nada menyesal. Sepertinya ia salah
sudah menerima permohonan Sohee.
“Percuma saja kau
menyesal, kau sudah menyetujuinya. Sekarang pakia ini!” sepertinya gumaman
Xiumin tadi terdengar, Sohee tersenyum licik sambil memberikan sebuah wig kepada Xiumin.
“Apakah aku harus
memakai ini semua?” tanya Xiumin.
“Tentu saja.. mana
mungkin aku membiarkanmu bertemu dengan Luhan dengan penampilan laki-laki.
Sudah cepat, pakai wig itu!”
“Seperti ini?”
tanya Xiumin seraya memasang wig itu
di kepalanya. Dia benar-benar kelihatan mirip seperti Sohee sekarang.
Mereka berdua
kelihatan takjub, apa mereka benar-benar bukan anak kembar? Mungkin saja kedua
orang tua mereka mengadopsi mereka dari satu panti asuhan yang sama. Dan
masing-masing mengangkat satu anak. Tapi tunggu dulu, mereka itu benar-benar
anak kandung!
“Kenapa kita bisa
begitu mirip?” Xiumin melontarkan pertanyaan.
“Entahlah. Mungkin
itu takdir..” Sohee menjawab.
“Yaa.. mungkin
saja—” Jeda beberapa saat “—baiklah, sekarang aku sudah selesai didandani.
Dimana aku akan bertemu dengan pemuda yang bernama Luhan itu?”
“Eeum.. kau akan
bertemu dia di—”
~
“Taman kota tepat
pukul 10? Sudah hampir satu jam aku menunggu, kemana pemuda yang bernama Luhan
itu? Kenapa dia belum datang juga? Aku benar-benar kelihatan seperti orang
bodoh sekarang.. berpura-pura menjadi seorang wanita, berdiri dibawah terik
matahar, ditambahi dengan syal yang melilit dileher dipertengahan musim panas
seperti ini. Pasti aku jadi pusat perhatian..” Xiumin bergumam, dengan mata
yang melirik-lirik kesekitar. Berharap semoga Luhan cepat datang. Tiba-tiba seorang
pemuda menghampirinya, “Maaf aku terlambat..” ucap pemuda itu, dengan sedikit
berlari kecil.
“Apakah kau selalu
seperti ini? Membiarkan seorang gadis yang menunggumu?” dengan mudahnya ucapan
itu keluar dari mulut Xiumin. Luhan belum bicara, sepertinya ia tengah bergelut
dengan fikirannya sekarang. Membiarkan seorang gadis yang menunggunya? Ini baru
pertama kalinya terjadi, bisanya ia yang akan menunggu gadis-gadis itu.. mana
tega ia membiarkan seorang gadis cantik berdiri dibawah terik matahari selama
berjam-jam. Pria macam apa dia?
“Maaf.. aku
benar-benar minta maaf. Tadi aku tertidur, karena aku fikir kau akan datang terlambat.
Bukankah semua wanita seperti itu, Mereka akan terlambat untuk datang keacara
seperti ini. Mereka akan sibuk sendiri dengan penampilannya, itulah kenapa aku
merasa semua wanita itu sama. Mereka tidak pernah tepat waktu.”
“Analisis macam apa
itu? kau fikir semua wanita itu sama?! Aku ini berbeda, aku bukan orang yang
suka membuang-buang waktu. Satu detik,
ah.. bukan, bahkan sepersekian detik-pun sangat berharga bagiku.”
“Ya.. ya.. aku tahu
aku salah. Aku minta maaf, sebagai permintaan maafku bagaimana jika aku mentraktirmu
ice cream?” Luhan melontarkan pertanyaan, detik berikutnya Xiumin yang sedang
menyamar mengangguk
~
“Maaf menunggu, ini
ice cream untuk mu” ucap Luhan seraya memberikan ice cream-nya kepada
wanita-Xiumin- dihadapannya.
“Lagi-lagi kau
membuat seorang wanita menunggu.” Xiumin-wanita- itu mengambil ice cream yang
di berikan Luhan
“Ya..ya.. aku
mengerti sepersekian detikmu sangatlah berharga bukan?” ucapnya dengan nada
megejek.
“Ya. Sepersekian
detikku memang sangat berharga!” Xiumin melangkahkan kakinya cepat. Sepertinya
ia sedikit tersindir dengan nada bicara Luhan.
“Hei! Sohee,
pelankan sedikit langkahmu.” Luhan sedikit mempercepat langkahnya.
Puk !
Langkah
wanita-Xiumin- itupun terhenti saat tiba-tiba
sebelah pundaknya ditepuk oleh pemuda dibelakangnya.
Dengan cepat Luhan
berjalan kehadapan wanita-Xiumin- itu. “Akhirnya kau berhenti juga, apa tidak
lelah berjalan secepat itu?” sebuah pertanyaan ia lontarkan saat baru saja tiba
dihadapan wanita-Xiumin- itu.
Belum sempat Xiumin
menjawab, tiba-tiba saja pemuda dihadapanya menjilat ice cream yang berada
disebelah tangannya. “Ice cream-mu hampir meleleh” dengan wajah tak bersalah
Luhan memberi alasan.
Xiumin masih terdiam
diposisinya,
“—ahh mengapa banyak
sekali orang berkumpul disitu” ucap Luhan sambil menunjuk satu tempat yang
dipenuhi kerumunan orang.
Tanpa berfikir panjang Luhan menarik tangan
wanita-Xiumin- itu, tubuh mungilnya pun ikut tertarik karenanya.
Langkah pertama
deg—!
‘Mengapa jantungku
berdetak disaat seperti ini’ ucapnya-Xiumin- dalam hati. Pria yang sedang
menyamar itu, memperhatikan Luhan yang masih terus menariknya.
Xiumin tersadar
dari lamunannya. Dengan cepat ia melepaska tangannya dari genggaman tangan
Luhan.
“Yaks! Bodoh! Apa
yang kau lakukan? Kenapa tiba-tiba saja menarik tanganku?” ucap Xiumin dengan
nada membentak.
“Maaf” lagi-lagi
Luhan memasang wajah tak berdosa-nya.
“Kenapa kau selalu
meminta maaf, apa itu hobimu?” Xiumin berkata asal.
“Ya sudahlah
lupakan saja, oiya.. sebenarnya sejak awal aku ingin menanyakan hal ini padamu,
kenapa aku merasa badanmu sedikit lebih tinggi, lalu kenapa kau memakai syal di
pertengahan musim panas, dan.. suaramu juga terdengar lebih berat. Apa kau
sakit?”
Xiumin terkejut
dengan semua pertanyaan yang diajukan Luhan, tapi buru-buru ia memasang wajah
tenangnya.
“Apa semua
pertannyaan itu harus ku jawab?” setelah diam beberapa saat akhirnya Xiumin
menjawab.
“Ah tidak perlu—“ Luhan
mengibaskan tangnnya beberapa kali “—tapi bisakah kau menjawab satu pertanyaan
ini saja ’kenapa kau memakai syal di hari sepanas ini ?’ “
“Apa kau tidak
mengetahuinya, ini sedang tren di kalangan para gadis remaja” alasan yang tidak
masuk akal dilontarkan Xiumin, mana ada tren seperti itu.
“Tapi sepertinya
hanya kau seorang yang memakai syal begitu? Kau kelihatan –eumm- mencolok.”
ucap Luhan sambil melirik-lirik kesekitar.
“Ah sudahlah
lupakan pertanyaan bodohmu itu!” Xiumin mengalihkan pembicaraan. Mereka-pun
melanjutkan langkahnya, entahlah tempat mana lagi yang akan mereka datangi.
~
Langit senja-pun
tiba , kencan yang melelahkan bersama pemuda bernama Luhan-pun selesai..
~
Xiumin baru saja
tiba dirumahnya, buru-buru ia memasuki kamarnya, sebelum kedua orangtuanya
melihat ia dengan dandanan wanita seperti ini.
Pintu kamarnya
terbuka sedikit, dan seperti ada suara didalam kamarnya. Xiumin membuka pintu
itu, dan.. ia melihat Sohee yang sedang berguling-guling tak tentu arah diatas
tempat tidurnya.
“Ahh senangnya~,
Kris Wu betapa tampannya dirimu”
“Hei apa yang kau
lakukan di kamarku?, lalu siapa itu Kris?” dua pertanyaan sekaligus Xiumin
lontarkan.
Sohee menghentikan
gerakannya, ia turun dari ranjang milik Xiumin dan berjalan kearah Xiumin yang
masih ada didepan pintu kamarnya sendiri.
“Ohh.. Umin~ kau
sudah pulang? Bagaimana kencanmu, apa menyenangkan?” bukannya menjawab, Sohee
malah memberi pertanyaan balik ke Xiumin.
Xiumin, memutar
bola matanya, setelahya ia berucap “Ya.. aku sudah pulang, dan kencannya
benar-benar melelahkan! Luhan terus saja menarik tanganku jika ada hal aneh
terjadi ditempat kami singgah. Dia kekanakan!”
“Kencan kita
benar-benar berbeda.” Sohee berucap, senang. Untung bukan dia yang bekencan
dengan Luhan.
“Eh? Kencan kita?
Jadi tadi kau juga berkencan?” Xiumin sedikit terkejut.
“Yup.. aku kencan
dengan pemuda yang bernama Kris, ah~ dia sangat tampan, tinggi, baik, romantis,
dan apa kau tahu? Dia itu sangat kaya. Kyaa~ aku senang sekali hari ini!”
Teman kencan Sohee
dan Xiumin benar-benar berbeda, disaat
Xiumin harus tersiksa karena harus berkencan dengan Luhan yang kekanakan, Sohee
malah bersenang-senang dengan Kris yang kelihattannya dewasa. Eh.. tunggu dulu,
Kris? Sepertinya ia pernah mendengar nama itu.. tapi dimana?
~
“Hai.. Min Seok, maaf
membuatmu menunggu lama.” seorang pemuda berperawakan tinggi datang menghampiri
Xiumin yang tengah membaca sebuah buku didalam kelasnya.
“Oh.. hai Yi Fan!
Ya, tidak masalah. Apa ekskul basketmu sudah selesai?” Xiumin mengalihkan
wajahnya kearah pemuda tinggi yang bernama Yi Fan itu.
“Ya, hari ini kami
hanya latihan sebentar.“ Yi Fan berucap, sambil duduk dikursi sebelah Xiumin.
“Lalu apa yang
ingin kau bicarakan?” Xiumin to the point, sebenarnya ia tidak langsung
pulang karena temannya itu ingin membicarakan sesuatu dengannya.
“Kemarin aku
berekencan dengan teman yang aku temui di jejaring sosial —”
Xiumin memotong
pembicaraan Yi Fan “Lalu apa hubungannya denganku?”
“Aku belum selesai
bicara! Jangan memotong pembicaraan seseorang, itu tidak sopan!” Yi Fan sedikit
marah, ia sangat tidak suka jika ada yang memotong pembicaraannya.
“Ya.. ya.. aku
minta maaf, silahkan dilanjutkan.”
“Jadi, saat aku
bertemu dengannya aku sangat terkejut. Wajahnya benar-benar mirip denganmu.” Yi
Fan menyelesaikan ucapannya.
“Maksudmu?” Xiumin
agak bingung.
“Apa kau tidak
memiiki kembaran atau semacamnya?” Yi Fan bertannya.
“Tidak ada. Aku ini
anak tunggal! Lagi pula banyak orang yang memiliki wajah mirip didunia ini!”
Xiumin menjawab santai.
“Ya sudahlah~
mungkin kau memang tidak kenal. Ayo kita pulang saja!” Temannya itu kelihatan
pasrah.
Mereka berdua-pun
meninggalkan ruangan kelas itu.
‘Eh.. tunggu dulu,
kemarin Sohee baru saja kencan dengan seorang pemuda yang tampan, tinggi, baik,
romantis, dan kaya. Kriteria itu sangat mirip dengan Yi Fan. Tapi, nama pemuda
itu Kris.. sepertinya aku tidak asing dengan nama Kris itu, jika aku tidak
salah dengar saat aku memasuki kamar kemarin Sohee berteriak seperti ini ‘—Kris
Wu betapa tampannya dirimu’ Kris Wu? Wu Yi Fan? Marga mereka mirip’
“Yi Fan?” Xiumin
menghentikan langkahnya.
“Ya?” Yi Fan yang berjalan
didepan ikut menghentikan langkahnya, dia membalikan badannya. Melihat Xiumin
yang terdiam dengan wajah yang menunduk.
“Apa kau
menggunakan nama ‘Kris Wu’ di jejarang sosial?” Xiumin mendongkakkan wajahnya,
menatap tepat kekedua bola mata temannya.
“Ya.. bagaimana kau
tahu? Bukannya kau bilang kau tidak memiliki satu-pun akun dijejaring sosial
selain e-mail.” Yi Fan sedikit bertannya.
“Apa nama teman
kencanmu kemarin itu ‘Ahn Sohee’?” bukannya menjawab, Xiumin malah balik
bertannya.
“Ya. Dari mana kau
tahu semua itu?” Yi Fan bertanya lagi, kali ini ia berharap agar Xiumin
menjawab pertanyaannya.
“Dia teman
kecilku—” Xiumin memberi jeda di perkataannya “—jika itu denganmu aku tidak
masalah.” Kali ini tatapan mata Xiumin kelihatan kosong.
Yi Fan mengangkat
satu alisnya –bingung-, sebenarnya apa maksud temannya itu?
“Jaga Sohee
untukku, aku mempercayakannya padamu. Jangan sekali-kali kau membuatnya
menangis, aku tidak suka jika melihat Sohee menangis.” Lagi-lagi Xiumin berkata
yang tidak jelas.
“hah?” Yi Fan
benar-benar bingung sekarang, ada apa dengan teman baiknya itu?
“Aku bilang ‘Jaga
Sohee untukku, aku mempercayakannya padamu. Jangan sekali-kali kau membuatnya
menangis, aku tidak suka melihat jika Sohee menangis’ kau mengerti?” Xiumin
mengulang ucapannya tadi, kali ini tatapan kosong matanya sudah tidak ada. Yang
ada hanya kesungguhan.
“Ya.. aku akan
menjaganya, tapi bukan untukmu. Melainkan untuk dirinya sendiri.” Yi Fan
berucap, entah apa yang merasukinya sehingga ia dengan lancarnya mengeluarkan
semua ucapannya itu.
Xiumin terkejut,
sepertinya Yi Fan sungguh-sungguh dengan ucapannya tadi. “Ya.. seterah kau
saja! Yang penting Sohee merasa senang” bersamaan dengan ucapannya itu, Xiumin
melangkahkan kembali kakinya. Disusul dengan Yi Fan yang kini berjalan
dibelakangnya.
^©^
Satu minggu
kemudian ~Liburan Musim Panas hari pertama~
“Hallo, Umin? Kau
ada dimana sekarang? Tadi aku kerumahmu, tapi dirumahmu kosong, ibuku bilang
kau dan keluargamu sedang pergi keluar. Aku butuh bantuanmu untuk berkencan dengan
Luhan lagi. Tapi, karena kau tidak ada, sepertinya aku harus membatalkan
kencanku dengan Kris. Jika kau bertannya kenapa aku tidak membatalkan kencanku
dengan Luhan saja, aku akan menjawabnya. Karena Luhan yang mengajakku kencan
pertama. Jika kau mendengar pesanku, hubungi aku yah~”
Sebuah pesan suara
yang cukup panjang baru saja selesai Xiumin dengarkan, kemudian ia
mengotak-atik ponsel-nya. Dia menuliskan sebuah pesan singkat kepada orang yang
baru saja mengirim pesan suara kepadanya itu.
“Hallo Sohee~ aku
sudah mendengar pesanmu, maaf tadi ponselku di-nonaktifkan. Maaf juga tidak
bisa membantumu, selamat bersenang-senang dengan pemuda kekanakan itu yah..
Bye~ ^^ ”
Send—!
Ia baru saja
selesai mengirim pesannya, kemudan ponselnya itu ia letakan diatas sebuah meja
kecil disebelahnya. Ia membaringkan kembali tubuhnya, sekarang ia bukan tengah
berada dikamar kesayangannya. Melainkan ia tengah berada disuatu tempat yang
paling ia benci, tempat yang paling tidak ingin ia datangi.
~
-Ditempat lain-
“Ah.. maaf
membuatmu lama menunggu Luhan, ini memang kebiasaanku. Selalu tidak tepat
waktu” seorang wanita tengah berlari kecil menghampiri pria yang tengah berdiri
di dekat sebuah jam besar yang terletak
di tengah-tengah taman kota. Wanita itu berlari sambil berucap suatu hal.
“Eh? Bukankah kau
bilang padaku bahwa sepersekian detikmu itu sangat penting?” Luhan, pemuda yang
berada dihadapannya bertannya dengan nada bingung.
“Hah? Apa
maksudmu?” wanita yang ada dihadapannya balik bertannya.
“Sohee, ada apa denganmu?
Apa kau punya masalah dengan mengingat? Padahal baru satu minggu yang lalu kita berkencan.” Luhan
semakin bingung.
“Ah.. sudahlah,
mungkin aku terlalu lelah saat ini. Bagaimana jika kita singgah sebentar dikafe
itu?” Sohee, wanita itu mengalihkan pertanyaan.
“Baiklah, mungkin
kau terlalu lelah karena berlari tadi, dan karena terlalu lelah kau jadi susah untuk
mengingat” Luhan menjawab enteng.
Mereka-pun berjalan
menuju satu kafe yang jaraknya cukup dekat, setelah sampai dikafe itu mereka
memilih tempat duduk dan memesan masing-masing satu minuman yang ada dimenu dikafe itu.
“Hei! Kau sudah tidak sakit lagi? Suaramu
tidak terdengar berat lagi sekarang.” Luhan memulai pembicaraan dengan satu
pertanyaan yang menurut Sohee aneh.
“Aku belum sakit
selama musim panas ini? Apa kau mendo’a-kan ku sakit?! ” Sohee berucap kesal
“Eh, tapi seminggu yang lalu suaramu
kedengaran berat. Oiya, kenapa kau tidak memakai syal lagi, bukankah katamu itu
sedang tren?” Luhan menanyakan hal aneh lagi.
“Hah? Memakai syal
dicuaca sepanas ini? Apa kau sudah gila?!” Sohee berdiri dari posisi duduknya,
dia keihatan sangat kesal. Kenapa Luhan menanyakannya pertanyaan-pertanyaan
aneh kepadanya.
“Ah.. tubuhmu juga
agak pendekkan, apa kau mengalami masa penuaan?” satu pertanyaan aneh Luhan
lontarkan.
Sohee menggebrak
meja kencang. Wajahnya sudah merah sekarang, wajahnya merah karena ia sudah
benar-benar kesal ditambah dengan cuaca hari ini yang sangat panas. Ia sudah
tidak bisa lagi mngontrol emosinya.
“XI LUHAN KAU ITU
BODOH ATAU APA HAH? AKU INI BARU KELAS 2 SMU, USIAKU JUGA BARU 17 TAHUN! MANA
MUNGKIN AKU SUDAH MENGALAMI MASA PENUAAN. LAGIPULA TINGGI-KU SELALU SEPERTI INI
SELAMA BEBERAPA MINGGU TERAKHIR!” Sohee berteriak, ia menjadi pusat perhatian
di kafe ini sekarang. Buru-buru ia keluar dari kafe itu, meninggalkan Luhan
yang masih tercengang.
“Mana mungkin
seseorang mengalami perubahan fisik dan psikis hanya dalam satu minggu.
Sepertinya ada yang aneh. Aku merasa ganjal dengan semua ini, aku merasa
seperti aku tengah mengencani 2 orang
yang berbeda. Jika aku benar-benar mengencani 2 orang yang berbeda, siapa
sebenarnya Sohee yang asli. Sohee yang berkencan denganku seminggu yang lalu,
atau Sohee yang berkencan denganku hari ini?” Luhan bergumam tidak jelas,
wajahnya ia alihkan kepintu masuk kafe yang baru saja Sohee lewati beberapa
menit lalu.
Beberapa saat
kemudian seringaian licik mucul di wajah pemuda manis itu, sepertinya ia punya
satu rencana besar.
~
Keesokan Harinya
~Liburan Musim Panas hari kedua~
Dreet~ Dreet~
_Satu pesan masuk_
From : Luhan
Sohee, bisakah kita
bertemu hari ini? Aku ingin minta maaf langsung atas sikapku kemarin. Jangan
balas pesan ini! Aku akan menunggumu di jam besar dekat taman kota tepat pukul 12
siang nanti. Aku harap kau datang...
-Klikkk-
Sohee mengerjapakan
matanya beberapa kali, ia baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi berkencan
dengan Kris. Tapi begitu pesan dari Luhan masuk dia langsung berfikir keras.
Membatalkan kencannya dengan Kris lagi, atau pergi menemui Luhan? Ia tahu,
kemarin dia juga salah. Membiarkan Luhan menunggunya lama dan baru setengah jam
mereka bertemu, dia langsung meninggalkannya begitu saja. Belum lagi, kemarin
juga dia sudah membentak Luhan didepan banyak orang. Tapi dia tidak mau membuat
Kris kecewa karena kencan mereka harus dibatalkan lagi.
Ah~ dia benar-benar
bingung?!
“Arght~ aku pusing!
Apa yang harus aku lakukan?! Hanya Xiumin satu-satunya harapanku. Aku harap dia
mau menolongku lagi hari ini.” Setelah selesai dengan ucapannya, Sohee
cepat-cepat keluar dari kamarnya dan berlari kerumah Xiumin yang tepat berada
disebelah rumahnya.
~
“Xiumin! Xiumin!”
sebuah teriakkan menggema dilantai bawah rumah kediaman keluarga Kim. Xiumin
yang sedang berada didalam kamarnya bisa dengan mudahnya mendengar suara itu.
Semakin lama suara itu semakin terdengar jelas. Pintu dikamar Xiumin terbuka,
menampilkan sosok wanita yang baru saja membuat keributan itu.
Secara tiba-tiba
wanita itu langsung berjalan menghampiri Xiumin yang sedang duduk disalah satu
kursi dekat meja belajar. Setelah tiba dihadapannya, wanita itu menjadikan
lutut sebagai topangan badannya. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya,
membuat pose memohon.
Xiumin memutar bola
matannya –bosan- ia sudah sering sekali melihat pose itu. Wanita dihadapannya
ini pasti akan memohon-mohon kepadannya.
“Luhan lagi?”
Xiumin to the point
-Sohee-wanita itu
menggangguk.
“Baiklah tapi ini
terakhir kalinya aku membantumu. Jika tidak ada kepastian, lebih baik tolak
saja. Walaupun Luhan itu kekanakkan tapi dia juga punya hati yang perlu
kepastian.” Xiumin beranjak dari posisi duduknya, berjalan kearah lemari tempat
ia biasa menaruh pakaiannya. Ia mengambil baju dan wig yang pernah ia gunakan seminggu yang lalu, baju perempuan serta
wig panjang yang dibelikan Sohee
untuknya.
Xiumin memutar
badannya. Menghadap Sohee yang masih dalam posisi duduk dilantai. “Tunggu
sebentar, aku ganti pakaian dulu.” Xiumin berucap, kemudian ia masuk kedalam
kamar mandi yang ada didalam kamarnya.
Sohee masih
terdiam.
Beberapa menit
kemudian Xiumin keluar dari kamar mandi dengan penampilan wanitanya. Xiumin
berjalan menghampiri Sohee yang sudah duduk dikursi tempat Xiumin duduki tadi.
“Sepertinya aku
tidak perlu di make up.”
Sohee angkat bicara
“Ya. Kau tidak perlu make up wajah
cantikmu sudah alami.”
Xiumin tertawa
kecil, sebelum akhirnya dia bicara “Apa kau akan kencan juga?”
Hanya anggukan yang
Sohee berikan.
“Apa dengan Kris
lagi?” Xiumin bertannya.
Sohee mengangguk
lagi.
“Jika itu dengan Kris,
aku tidak apa. Kris itu pemuda yang baik, dia teman baikku. Dia akan selalu
melindungimu, dan aku menjaminnya. Dengar, aku ini selalu benar.” Xiumin
berkata serius.
“Apa yang kau
katakan? Aku tidak mengerti! Kenapa kau menyebut Kris sebagai teman baikmu. Apa
kau mengenalnya?” Sohee agak bingung, kenapa tiba-tiba saja Xiumin berkata
serius seperti itu.
“-Wu Yi Fan- itu
nama asli Kris, dia teman sekelasku di SMU.” Akhirnya Xiumin memberi
penjelasan.
“Hah? Sejak kapan?
Kenapa kau tidak pernah bilang padaku.. Xiumin jahat~” Sohee agak histeris.
“Hei hei, apa Yi
Fan tidak pernah bilang padamu?” Xiumin balik bertannya.
Sohee menggelengkan
kepalannya.
“Ya sudahlah..
Lupakan soal Kris! Jam berapa aku akan bertemu Luhan?” Xiumin kembali
bertannya.
“Di jam besar dekat
taman kota tepat pukul 12 siang” Sohee membaca kembali pesan yang Luhan kirim
tadi.
“Lalu kapan kau
akan bertemu dengan Kris?”
“Pukul 12 siang
juga, dia akan menjemputku.” Sohee menjawab pertannyaan itu.
“Baiklah. Ayo kita
keluar.” Xiumin menarik tangan Sohee dan mengajaknya keluar dari rumahnya.
Sohee terkejut
karena pergerakan Xiumin yang tiba-tiba. Sudah lama sekali sejak mereka tidak
berpegangan tangan seperti ini lagi. Terakhir kali itu sejak mereka SD.
~
Xiumin
memperhatikan Sohee yang tengah memakai sepatunya.
“Apa kau akan
memakai sepatu dengan heel setinggi
itu?” Xiumin bertannya.
“Tentu saja.” Ucap
Sohee sambil berdiri tegap,dia baru saja selesai memakai sepatunya.
“Jangan pakai itu,
nanti kau akan terjatuh jika tiba-tiba heel-nya
patah.” Xiumin memberi peringatan.
“Tidak akan..
sudahlah cepat pergi, nanti kau terlambat.” Sohee berkata yakin.
Xiumin dan Sohee
melangkahkan kakinya keluar, Xiumin berjalan didepan Sohee. Mereka sudah tidak
berpegangan tangan, tapi bekas genggaman
itu masih terasa hangat ditangan keduanya.
Sebelum benar-benar
keluar dari halaman depan rumahnya Xiumin membalikan badannya, menghadapa Sohee
dan tiba-tiba saja—
Grep!
—Xiumin memeluk
Sohee. Sohee terdiam, dia terkejut atas perubahan sikap Xiumin yang tiba-tiba.
Setelah beberapa saat pelukan itu-pun terlepas.
“Jaga dirimu Sohee~
aku pergi dulu.” Xiumin mengusap puncak kepala Sohee. Setelahnya ia-pun pergi.
Sohee masih
terdiam, kedua pipinya sekarang sudah dihiasi banyak rona merah. Ia menundukan
kepalannya. Dia masih berfikir. Kenapa Xiumin berubah dengan tiab-tiba?
~
“Aku harap Luhan
datang cepat.” Sebuah harapan Xiumin lontarkan. Dia sedang menunggu Luhan
sekarang, ini memang belum jam 12 tepat. Tapi, dia tidak suka harus membuat
orang menunggu.
Dia menengok-nengok
keberbagai arah. Mencari Luhan yang entah datang kapan. Tiba-tiba saja Xiumin
kehilangan keseimbangannya, ternyata ada seorang pemuda bertopi yang
menabraknya. Dan orang itu.. mengambil tas milih Sohee yang dipinjamkan
untuknya?!
‘Ingat! Ini tas
kesayanganku, jaga tas ini baik-baik’ kata-kata Sohee saat mereka hendak keluar
dari rumahnya tadi tiba-tiba saja berputar kembali diotaknya.
“Pencuri sialan!”
gerutu Xiumin dalam hati. Detik berikutnya, Xiumin mengejar pencuri itu. “Hei
tunggu kau! Kembalikan tas ku!” Xiumin berteriak kencang. Saat itu suasana
taman kota sedang sepi, jadi tak ada satupun orang yang dapat membantunya.
Xiumin terus
mengejar pencuri itu, saat tiba-tiba pencuri itu memasuki satu gang kecil
Xiumin berharap cemas. Semoga saja ada jalan buntu disitu. Dan? Jalan digang
itu benar-benar buntu. Mungkin ini hari keberuntungannya?
Xiumin masih
terengah, sudah lama sekali ia tidak berlari seperti ini. Dia memegang dadanya
dengan satu tangannya. Dia terus
mengatur nafasnya.
Pencuri itu
membalikkan badannya. Dia itu menunduk, Xiumin tidak bisa melihat wajah pencuri
itu. Karena sebagian wajahnya tertutupi. Yang ia bisa lihat, hanya seringaian
licik sang pencuri. Detik berikutnya pencuri itu melepas topi yang ia kenakan.
Kemudian mengangkat seluruh wajahnya.
Mata Xiumin membola
lebar. Terkejut atas apa yang dilihatnya sekarang. pencuri yang ada
dihadapannya ini ternyata—
“Luhan?” Xiumin
bertanya. Entah mengapa sepertinya hari ini dirinya banyak bertanya.
Pencuri itu –Luhan-
ia menunjukkan senyuman liciknya itu lagi. Luhan bukannya ingin menjadi seorang
pencuri, ia hanya butuh kebenaran dari apa yang ia ingin tahu benar.
“Ya, aku Luhan. Xi
Luhan. Dan kau, Sohee atau bukan Sohee?” Luhan memperkenalkan dirinya. Dia
ajuhkan satu petanyaan kepada orang didepannya.
Xiumin, sudah bisa
mengatur nafasnya, dia tidak banyak bicara. Ia menatap Luhan, dan tiba-tiba
saja
Srett~
Wig
yang dikenakannya ia lepaskan, dia berucap “Maaf Luhan. Aku, bukan Sohee. Tapi
aku Xiumin, aku teman kecil Sohee.” dengan tegas ia ucapkan kalimat itu. Masa
bodo jika Sohee mara padanya, masa bodo jika Sohee menjauhinya. Dia sudah
lelah, dia sudah cukup lelah dengan semua kebohongan ini.
“Kenapa kau
melakukan itu, bertindak seakan-akan kau itu orang lain. Apa kau tahu, dengan
tindakanmu itu.. kau sudah menyakitti satu hati seseorang!” Luhan mengucapkan
semua kata-kata itu hanya dalam satu tarikan nafas. Sepertinya ia kecewa, tentu
saja. Siapa yang tidak kecewa jika dibohongi?
“Bukan satu, tapi
lebih...” Xiumin berkat lirih.
“hah?” Luhan
bingung, jadi bukan hanya dia yang tersakiti? Tapi siapa lagi? Apa pemuda yang
bernama Xiumin ini juga turut merasakan sakitnya?
“Aku akan
memberitahumu. Tapi bukan disini!” Xiumin memasang kembali wig-nya. Ia menarik tangan Luhan dan membawanya kesuatu tempat.
~
...
“seperti itu lah..”
Xiumin baru saja menyelesaikan ceritanya.
“... ya.. membuat
diri sendiri menderita itu tidak menyenangkan. Tapi lebih tidak menyenangkan
membuat orang lain menderita.” Luhan, pemuda yang satunya memberi tanggapan.
Xiumin tersenyum
miris, sekarang dia dan Luhan sedang berada didekat salah satu lapangan. Mereka
duduk direrumputan hijau sambil melihat anak-anak kecil yang tengah bermain
bola sepak. Xiumin tersenyum melihat gerombolan anak kecil itu, ia jadi
teringat Sohee. Saat masih kecil Sohee selalu mengomentarinya yang tidak pernah
bermain permainan anak laki-laki.
Tiba-tiba saja ia
memegang sebelah dadanya. Tempat dimana jantungnya berdetak sangat kencang. Ia
merasakan sakit yang amat sangat. Dia meringis kesakitan. Luhan yang berada
disampingnya panik, ia terus menerus bertannya “Xiumin, apa kau baik-baik saja?
Xiumin, apa jantungmu terasa sakit lagi? Hei. Xiumin jawab aku?!”
Tak satupun pertanyaan
yang dilontarkan Luhan ia jawab. Fikirannya tidak fokus, jantungnya benar-benar
terasa sakit sekarang. ia mencengkram sebelah tangan Luhan. Luhan terus
memperhatikannya. Wajah Luhan kelihatan panik, dia bingung. Dia bingung harus
melakukan apa. Ya ampun.. semua kepanikannya ini membuatnya bodoh.
Ah~ Sohee,
sebaiknya ia menelepon Sohee.
Call—
“Sial! Nomornya
tidak aktif.” Luhan menggerutu.
Setelah bersitegang
dengan fikirannya yang kacau Luhan tahu, -Rumah Sakit- ya.. dia harus membawa
Xiumin kesana.
Luhan berdiri dari
posisi duduknya, ia membopong Xiumin yang masih memegang jantungnya. Dia
berjalan keatas, berharap ada taxi yang lewat dijalan yang tidak besar ini.
Dewi fortuna sedang
berpihak kepadanya, ada satu taxi lewat dihadapan mereka. Luhan menghentikan
taxi itu, setelah taxi itu benar-benar berhenti ia membantu Xiumin untuk masuk.
“Bawa kami kerumah
sakit terdekat!” Luhan memerintah kepada supir taxi itu.
Luhan melihat
Xiumin yang makin kesakitan, Luhan baru ingat! Ia merogoh kedalam tas tangan
wanita yang dibawa Xiumin tadi. Mengambil ponsel Xiumin, dan buru-buru menelpon
kedua orangtua Xiumin.
~
Luhan sedang berada
dilorong rumah sakit, keadaan Xiumin benar-benar keritis sekarang. Kedua
orangtua Xiumin suda datang, untung mereka datang saat Xiumin sudah memaki baju
rumah sakit. Apa jadinya jika mereka datang saat Xiumin masih menggenakan dress wanita seperti tadi?
Luhan menghilangkan
fikirannya yang tidak jelas itu. Dia berjalan keluar rumah sakit, mencoba
menelpon Sohee sekali lagi. Tapi tetap saja, nomor-nya tidak bisa dihubungi.
“Sohee, dimana kau? Xiumin benar-benar
membutuhkanmu sekarang!”
Luhan kembali masuk
kedalam rumah sakit. Dokter baru saja keluar dari dalam sana, kedua orangtua
Xiumin yang tadinya duduk cepat-cepat berdiri. Dari kejauhan Luhan melihat
dokter sedang bicara dengan kedua orangtua Xiumin. Dokter itu memasang wajah
bersalah, Luhan melihat pergerakan mulut dokter itu ‘Maaf, kami sudah melakukan
semua yang kami bisa. Tapi, anak kalian tidak bisa diselamatkan.’ Detik
berikutnya tangis kedua orangtua Xiumin pecah.
Luhan yang hanya melihat
hal itu dari kejauhan-pun ikut menagis. Dia menangis dalam diam. ‘Jika nanti
Tuhan memanggilku, itu artinya Tuhan membutuhkanku.’ Ucapan Xiumin beberapa jam
lalu kembali ia ingat.
“Karena Tuhan yang
membutuhka-mu, aku akan membiarkanmu pergi. Yaa.. walaupun aku bukan
siapa-siapa mu~” Luhan bergumam lirih.
-Di Tempat Lain-
Kletak!
“Aduh!” Sohee
meringis.
“Kau tidak apa-apa
Sohee?” Kris yang ada disampingnya bertanya.
“Yaa, aku tidak
apa-apa. Tapi heel sepatunya patah.
Benar kata Xiumin seharusnya aku tidak memakai sepatu ber-heel tinggi seperti ini.” Sohee bergumam, gumaman yang masih bisa
terdengar oleh Kris.
“Um.. Xiumin selalu
benar.” Kris ikut bergumam.
‘Kenapa firastku
tidak enak?’ ucap Sohee dalam hati. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan
mengaktifkannya.
13 panggilan tak-terjawab
dari Luhan.
Sohee membulatkan
kedua bolamatnya, kenapa Luhan menelpon-nya. apa jangan-jangan terjadi seuatu?
“Kris, bisa antar
aku pulang? Firastku tak enak..” Sohee berkata serius.
~
Xi Luhan Call—
“Luhan apa yang yang
terjadi, mengapa kau menelpone ku sampai 13 panggilaan, apa kau ingin menerorku
? ini tidak lucu Luhan” Sohee sedang menelpon Luhan, sekarang ia tengah berada
didalam mobil milik Kris.
“Tunggu dulu Sohee—,
maaf telah membuatmu marah di kencan kita, maaf telah mengajakmu kencan hari ini, maaf
aku telah mencuri tasmu dan ma—“
“Hei! Apa yang kau—
” Sohee memotong pembicaraan Luhan, dia belum selesai bicara.
Tapi Luhan
meneruskan lagi perkataannya “—af aku telah membuat teman masa kecilmu meninggalkan
kita, maafkan aku...“ suara Luhan yang ada diseberang sana terdengar sangat
–lirih?-
Dalam beberapa saat
Sohee lupa bagaimana caranya bernafas, nafas-nya tercekat. Detik berikutnya
satu bulir airmata jatuh diatas pipi putihnya, disusul dengan berbulir-bulir
airmata lain yang mulai jatuh dari kedua kelopak matanya.
Dia menutup hampir
sebagian wajahnya dengan kedua tangannya, dia terisak. Bahunya terguncang. Dia
benar-benar menangis sekarang.. sepertinya dia sudah mengerti maksud semua
perkataan Luhan tadi.
^©^
Musim Panas ~6
tahun kemudian~
6 tahun setelah
Xiumin pergi meninggalkan mereka semua. Sekarang ini Sohee tengah berada
ditahun terakhirnya kuliah, sehari setelah Xiumin meninggal, dia terus saja
menangis. Dia masih belum sepenuhnya percaya jika Xiumin benar-benar sudah
tidak ada. Setahu dia, Xiumin tidak menderita penyakit apa-apa. Tapi dia salah,
ternyata Xiumin menderita sakit jantung. Xiumin divonis menderita penyakit
jantung saat kelas 2 SD. Sohee tahu itu dari kedua orangtuanya, Xiumin curang!
Kenapa dia tidak pernah memberitahunya? Kenapa dia harus mendengar semua
kebenaran itu dari mulut orang lain? Dan bagaimana bisa dia menyebunyikan
penyakitnya itu hampir 10 tahun darinya?
Sohee berjalan
dilorong universitasnya, sambil terus menerus memikirkan Xiumin. Tiba-tiba
saja—
Bugh—
Dia menabrak
seseorang. “Maaf, maafkan aku..” Sohee berucap, dia terus membungkuk-bungkukan
badannya 90º.
“Sohee?” orang yang
ditabraknya tadi bertannya.
Sohee yang merasa
namanya dipanggil-pun menjawab “Ya.. namaku Sohee, bagaimana kau bisa tahu?”
Sohee sudah tidak membungkukkan badannya lagi. Ia menatap orang yang
menabraknya tadi, seorang pemuda rupanya. Wajah pemuda itu kelihatan
menyeramkan.
“Wah.. ternyata
benar-benar Sohee, sudah lama sekali sejak kita tidak pernah bertemu. Apa kau
mengingatku?” Pemuda itu berucap riang.
Sohee hanya
menggelengkan kepalanya, antara menjawab pertanyaan pemuda itu. Dan merasa
heran akan sikap pemuda itu.
“Aku ini Tao!”
pemuda itu-Tao- dia menyebutkan namanya.
Sohee mengangkat
kedua alisnya, Tao? Siapa? Tao? Tao? Nama itu tidak asing di memorinya. Sohee
menutup kedua matanya, dia berfikir keras. Ah~ dia tau..
“Kau, Tao?! Huang
Zi Tao?! Si anak panda?” Sohee benar-benar merasa senang sekarang, sudah lama
sekali ia tidak bertemu anak itu. Tao ini teman SD-nya, saat tahun kedua di SMP
dia pindah ke Cina.
“Hei! Panggilanku
itu ‘kunfu panda’ bukan ‘anak panda’.” Pemuda itu sedikit membenarkan kata-kata
Sohee.
“Apapun itu.” Sohee
mengibaskan tangannya. Untuk selanjutnya merka tertawa bersama.
~
“Sohee?” Tao
bertannya. Sekarang mereka tengah berada ditaman universitas.
“Ya?” Sohee
menjawab, hanya jawaban singkat.
“Apa kau dan dia
sudah membuat istana kalian sendiri?” pertanyaan aneh dilontarkan Tao.
“Eumm, maksudmu?”
Sohee kelihatan bingung.
“Eh? Apa kau tidak
ingat kejadian saat kita kelas 4 SD dulu? Saat aku baru saja pindah ke-Korea?
Saat aku pertama kalinya bertemu Xiumin, pemuda yang wajahnya sangat mirip
denganmu itu?”
Pertanyaan Tao
barusan memutar kembali sepenggal memori diingatannya.
_Flashback~_
“Wah.. wajah kalian
mirip!” seorang anak laki-laki berucap riang, sambil menunjuk seorang anak
laki-laki lain yang tengah bermain disalah satu kotak pasir taman bermain. Baru
pertama kali dia melihat secara langsung seseorang yang bukan kembar memiliki
wajah sangat mirip. Walaupun jarak antara pemuda dan anak itu bisa dibilang
cukup jauh, tapi hanya dengan sekali lihat saja dia bisa dengan mudahnya
melontarkan kalimat itu.
Gadis kecil disamping
memutar kedua bola matanya, sebelum akhirnya dia berkata “Kau adalah satu, dari
banyak orang yang bilang kalau kami ini mirip”
“Eh? Tapi, aku
serius! Wajah kalian benar-benar mirip! Mungkin suatu hari kalian akan jadi
sepasang kekasih” anak laki-laki itu masih kelihatan sangat semangat.
“Hah? tidak
mungkin!” gadis kecil disampingnya mengelak.
“Tapi, ibuku
bilang. orang yang wajahnya mirip itu ditakdirkan untuk bersama.” Anak lelaki
itu memasang wajah polosnya saat mengucapkan rentetan kalimat itu.
“Sudah kubilang
tidak mungkin! ya tidak mungkin! dia itu manja, lihat saja tingkahnya, sudah kelas 4 SD tapi masih
suka bermain pasir seperti itu. Bahkan dia sering mengajakku untuk bermain
bersamanya.” Lagi-lagi gadis kecil disampingnya mengelak.
Dari kejauhan anak
laki-laki lain yang tengah bermain dikotak pasir itu memanggil nama gadis kecil
itu.
“Sohee-chan! Sohee-chan!
Cepat ke sini, istana pasir yang kubuat sudah hampir selesai!” anak lelaki yang
bermain pasir itu berucap semangat.
Gadis kecil yang
bernama Sohee itu memutar kepalanya kehadapan anak lelaki yang ada disampingnya
“Lihat, kan ! Semua yang kubilang tadi itu benar. Sudah dulu yah, bye Tao~”
Anak laki-laki,
disampingnya hanya terdiam. Wajahnya nampak seperti orang yang sedang terkejut,
tapi ia bukan sedang terkejut. Ia hanya merasa heran.
“Yaks! Umin sudah
kubilang jangan memangiku, dengan embel-embel 'chan' begit. Aku ini bukan
tokoh-tokoh kartun yang sering kau lihat di TV itu!” Sohee berucap keras sambil
sedikit berlari menghampiri anak laki-laki lain yang ia panggil ‘Umin’ tadi.
_End Flashback~_
“Kejadian itu yah?
Eumm.. sepertinya Umin dan aku tidak akan pernah membuat istana kami sendiri.”
Sohee bergumam lirih, Tao yang ada disebelahnya menatapa bingung. Apa yang
Sohee bicarakan?
“Kenapa Sohee. Apa
terjadi sesuatu?” Tao sedikit bertanya.
“Xiumin sudah tidak
ada!”
“Maksudmu?” pemuda
itu masih kelihatan bingung. Sebenarnya ada apa?
“Hari ini tepat
enam tahun Xiumin meninggal, dia menderita sakit jantung. Padahal saat terakhir
kami bertemu dia kelihatan baik-baik saja. Tapi takdir berkat lain.” Setitik
airmata jatuh dari salah satu kelopak mata Sohee. Selalu seperti ini, jika itu
menyangkut tentang Xiumin dia pasti akan menangis.
“Apa takdir harus
sepenuhnya disalahkan?—” -Tao-pemuda disebelahnya berkata dingin.
Sohee mengalihkan
pandangannya menatap pemuda itu, wajah pemuda itu kelihatan sangat serius.
“—kenapa harus
selalu takdir yang disalahka? Bukankan sebenarnya kita bisa merubah takdir kita
sendiri?” pemuda itu melanjutkan perkataannya, kali ini wajahnya kelihatan
sedih.
“Tao?” wajah Sohee
kelihatan terkejut, mungkin benar apa yang Tao katakan. Jika kita bisa merubah
takdir kita sendiri. Dan sepertinya Sohee yang telah merubah takdir itu.
“Bukankah kau
bilang ini tepat enam tahun Xiumin meninggal? Maukah kau mengantarku
kemakamnya?” pemuda itu kembali bertanya. Ia tersenyum, tapi hanya untuk
menyembunyikan kesedihannya.
Sohee menyeka air
matanya, kemudian ia berkata “Ya.. tentu saja” selanjutnya wanita itu juga tersenyum.
~
Sekarang ini Tao dan
Sohee tengah berada ditempat dimana Xiumin dimakamkan. Sebelum datang kemari,
mereka berdua menyempatkan untuk membeli sebuket bunga. Tao menaruh buket bunga
itu diatas makam Xiumin. Dia memejamkan matanya untuk berdo’a, Sohee berdiri
disampingnya. Tao sedang berjongkok memegang pusara milik temanya itu, didetik
berikutnya Sohee ikut berjongkok. Ia ikut memegang pusara milik Xiumin.
Beberapa menit
kemudian sebuah bayangan muncul dibelakang mereka. Sohee membalikkan badannya,
melihat siapa orang lain yang datang mengunjungi makam Xiumin.
“Luhan?” Sohee
berucap keras. Sudah lama sekali ia tidak melihat pemuda itu. Luhan sedikit
terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu Sohee disini.
Tao yang mendengar
Sohee memanggil nama yang tak asing baginya itu, ikut membalikkan badannya. “Xi
Luhan?!” ucapan Tao terdengar lebih keras dari yang Sohee katakan tadi.
“Huang Zi Tao?”
kali ini Luhan benar-benar terkejut. Tapi kelihatannya Sohee yang paling
terkejut disini.
“Bagaimana bisa
kalian saling kenal?” sebuah pertanyaan tiba-tiba saja keluar dari mulut Sohee.
~
“Jadi saat SMP dulu
kalian satu sekolah di Cina?” sekarang Sohee, Luhan, dan Tao tengah berada
diluar pemakaman. Setelah Luhan menaruh bunga yang ia bawa tadi dan sedikit
berdo’a didepan makan Xiumin mereka memutuskan untuk mengobrol diluar. Tidak
baik bukan membuat keributan di tempat pemakaman?
“Ya..” mereka
berdua mengangguk bersamaan
“Wah.. tidak
kusangkan, dunia ini memang sempit yah?” Sohee takjub, ia mengerjapkan matanya
berkali-kali
“Sudahlah Ahn
Sohee, berhenti bertindak seperti anak kecil.” Luhan berucap, Tao yang berada
disebelahnya hanya tersenyum.
“Bukankah kau yang
selalu bertindak seperti anak kecil?” Sohee membenarkan fakta. Sohee dan Tao
tertawa bersamaan, dan Luhan? Pemuda itu kelihatan menekuk mukanya dia
kelihatan kesal.
“Sudahlah! Berhenti
tertawa!” Luhan menaikan nada bicaranya.
Sohee dan Tao
menghentikan tawa mereka.
“Oiya.. Sohee, ada
yang ingin aku bicarakan.” Wajah Luhan kelihatan serius sekarang.
“tentang apa?”
Sohee memiringkan sedikit kepalanya.
“Xiumin.” Luhan
mendongkakkan wajahnya, melihat langit biru tanpa awan yang menghiasinya.
Sohee melihat
Luhan, wanita itu tengah menunggu apa yang akan pemuda dihadapannya ini
ceritakan.
“Sebenarnya
Xiumin—”
_Flashback~!_
Langit sore mulai
terlihat, dua orang pemuda tegah bercakap-cakap diatas rerumputan sambil
melihat segerombolan anak-anak kecil yang tengah bermain bola. Satu dari pemuda
itu kelihatan tengah berceritan, dan satu pemuda lainnya kelihatan serius
mendengarkan.
“Awalnya aku
menolak, tapi entah kenapa ada hal yang mengganjal dihatiku jika aku tidak
menolongnya. Sebenarnya aku menyukainya, tapi ada hal yang membuatku tidak bisa
menyatakannya. Aku takut, jika dia juga menyukaiku dia akan bersedih nantinya.”
“Apa hal yang
membuatmu tidak bisa menyatakan perasaanmu itu?” pemuda yang mendengarkan
kelihatan bertannya.
“Aku sakit,
Luhan..” pemuda yang bercerita memberi jawaban.
“Tapi, sakit apa?
Kau kelihatan baik-baik saja Xiumin!” Luhan-pemuda yang mendengarkan- itu
kembali bertannya.
“Aku menderita
sakit jantung saat aku kelas 2 SD, awalnya aku ingin menceritakkan soal
penyakitku ini ke Sohee. Tapi, aku tidak mau membuat di meras kasihan padaku.
Aku paling benci dikasihani.. Jika nanti Tuhan memanggilku, itu artinya Tuhan
membutuhkanku. Itulah kenapa aku tidak pernah takut mati.” Xiumin memberi
jawaban.
“Jadi itulah kenapa
sepersekian detikmu itu sangat berharga?” Luhan kembali bertannya.
“Seperti itu lah..”
Xiumin berucap.
“... ya.. membuat
diri sendiri menderita itu tidak menyenangkan. Tapi lebih tidak menyenangkan
membuat orang lain menderita.” Luhan, pemuda yang satunya memberi tanggapan.
Xiumin tersenyum
miris..
_End Flashback~!_
“Jadi seperti itu..
sebenarnya dia menyukaimu, tapi karena penyakitnya. Dia harus mengubur dalam
semua perasaannya itu.” Luhan menyelesaikan ceritanya. Ia melihat Sohee yang
tertunduk, sepertinya wanita itu meras bersalah.
“kapan? Sejak kapan
dia mulai menyukaiku? Kenapa aku tidak pernah menyadarinya?” Sohee berucap, dia
masih menunduk.
“Entahlah, mungkin
sejak kalian mulai tumbuh dewasa.” Ucapan itu lolos dari mulut Luhan begitu
saja.
“Eh? Bukankah
Xiumin sudah menyukai Sohee dari kecil? Aku tidak tau tepatnya, tapi saat kami
kelas 4 SD dulu Xiumin menulis sesuatu di bawah istana pasir yang dia buatnya
saat aku pertama kali melihatnya.” Tao ikut angkat bicara, ternyata pemuda itu
juga ikut mendengarkan cerita Luhan dari tadi.
Sohee mendongkakan
kepalanya, kali ini ia melihat Tao. Mimik mukanya menunjukkan jika ia meminta
Tao menceritakannya lebih.
_Flashback~_
...
Tao kecil masih
terdiam diposisinya, ia mengamati Sohee yang berlari mendekati Xiumin yang
berada di kotak pasir. Kedua anak kecil itu kelihatan tengah membicarakan
sesuatu. Tao tidak bisa mendengar apa yang mereka berdua bicarakan, jarak
mereka memang cukup dekat. Tapi, suara mereka berdua terlalu kecil untuk bisa
didengarkan. Setelahya Tao melihat Sohee yang tengah menyeret Xiumin keluar
dari kotak pasir itu, Tao tersenyum melihat tingkah kedua anak itu. Menit
berikutnya kedua anak tadi sudah tidak terlihat.
Tao-pun mulai
melangkahkan kakinya, ia mendekati kotak pasir yang baru saja ditinggalkan
Sohee dan Xiumin tadi. Ia melihat istana pasir berukuran kecil yang masih ada
disana –istana pasir yang dibuat Xiumin tadi- dibawah istana pasir itu terdapat
gambar dua orang yang tengah berpegangan tangan, satu laki-laki dan satu
perempuan. Serta sebuah tulisan yang
ditulis menggunakan ranting kayu. Tulisan itu ‘Xiumin Sohee’ dan ada satu
gambar hati di antara dua tulisan itu. Lagi-lagi Tao tersenyum, ia masih melihat
isi kotak pasir itu. Kemudian ia mulai
melangkahkan kembali kakinya.
_End Flashback~_
^©^
~Satu Bulan
kemudian~
Suara lonceng
terdengar nyaring, kelopak bunga berterbangan. Pintu sebuah gereja terbuka,
menampilkan dua orang yang tersenyum bahagia. Si pengantin wanita kelihatan
tengah merangkul lengan si mempelai pria, disatu tangannya ia kelihatan tengah
memegang sebuket bunga. Orang-orang dibawah sana kelihatan tengah menunggu
pengantin wanita itu melempar buket bunga itu.
Yaa.. ini hari
besarnya, setelah bertahun-tahun merajut cinta bersama pria itu. Akhirnya hari
ini-pun tiba, hari pernikahan mereka berdua. Pengantin wanita itu –Ahn Sohee–
dan mempelai pria itu –Wu Yi Fan–
‘Jika itu dengan
Kris, aku tidak apa. Kris itu pemuda yang baik, dia teman baikku. Dia akan
selalu melindungimu, dan aku menjaminnya. Dengar, aku ini selalu benar.’
Lontaran kata beberapa tahun lalu itu kembali berputar dikepalannya.
“Ya.. Xiumin, kau
selalu benar.” Sohee bergumam kecil, untuk kemudian ia melemparkan buket bunga
itu. Buket bunga itu melayang, kemudian jatuh tepat digenggaman seorang pria
tinggi dengan lingkar hitam dikelopak bawah matanya –Huang Zi Tao– pemuda itu
yang mendapatkannya, Tao mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian ia
tersenyum kearah Sohee yang juga tersenyum kepadannya.
~Dunia ini memang
bukanlah negeri dongeng yang ditinggali banyak tokoh baik dan satu nenek sihir
jahat, yang dengan satu kebaikan serta sedikit bubuk peri kita bisa dengan
mudahnya mengalahkan nenek sihir itu, dan akhir bahagialah yang didapat. Tapi
meski dunia ini bukan negeri dongeng , aku harap kita bisa membuat sebuah happy
ending yang indah. Dengan aku sebagai pangeran dan kau sebagai putrinya~
Sohee memandang
Kris yang ada disampingnya, memberikan sebuah senyum tipis. Kemudian
pandangannya ia alihkan kepada Tao yang tengah dikelilingi banyak orang yang
mengucapkan “Selamat!” kepadanya.
Lontaran kalimat
tadi, kata-kata yang Xiumin ucapkan padanya saat mereka kecil dulu.
“Hanya sebuah
impian yang sederhana memang. Tapi, sayangnya impian sesederhana itu tidak
dapat tercapai. Itu semua karena aku yang merubah takdir kita.. Mungkin jika 16
tahun lalu aku percaya dengan ucapan Tao, aku bisa membuat akhir kisah kita
menjadi bahagia. Tapi pada akhirnya hanya kisah-ku lah yang berakhir indah,
sedangkan kau? Mungkin kau juga membuat
akhir yang indah, bukan didunia memang. Tapi, ditempat lain.. Ditempat yang
pastinya jauh lebih indah dari dunia ini.”
—The End—
A/N : huft~ akhirnya
selesai juga buat fanfic ini. Ide ceritanya dibantu sama Kakak saya.. Arigatou
Nee-chan~ Ini ff pertama yang saya Upload. Makasih sama yang sudah mau baca
*nunduk 90º*
Review?